Sunday, June 14, 2015

Program Tol Laut & Kinerja Emiten Maritim

Tak terasa sudah hampir 9 bulan pemerintahan Jokowi-JK berjalan. Salah satu program yang paling banyak diperbincangkan oleh masyarakat terkait visi-misi Presiden kita ini adalah program Tol Laut. Dalam pidato pelantikannya, kata-kata yang masih saya ingat sampai sekarang adalah, "Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, selat, dan teluk." Saya sangat setuju dengan statement beliau. Sebagai orang yang sering mengunjungi kawasan timur Indonesia, bagi saya masyarakat di pulau Jawa yang penduduknya mencapai 60% dari total penduduk Indonesia sangat kurang kedekatannya pada laut. Pilihan untuk bepergian menggunakan transportasi laut nyaris tidak pernah jadi bahan pembicaraan sehari-hari, berbeda dengan penduduk di kota-kota di Indonesia Timur yang umumnya tahu nama kapal Pelni yang singgah ke daerah mereka (bahkan mereka punya sebutan khas untuk kendaraan milik BUMN yang satu ini: "Kapal Putih"). Ironis juga bahwa Jakarta dan Surabaya sama-sama punya pelabuhan yang bisa disinggahi kapal-kapal berdaya angkut besar (Sehingga secara teori harusnya bisa menekan biaya angkutan), tapi para pengusaha lebih suka mengangkut barang via jalur Pantura karena minimnya perhatian pemerintah dan buruknya birokrasi pelabuhan kita.


Dan ketika Pak Jokowi memaparkan visi-misi kelautannya, dalam hati saya berkata, "Eureka! akhirnya ada juga pejabat sadar tentang apa jati diri negara ini." Di sekitaran bulan itu, bisa ditebak emiten-emiten yang berkaitan dengan sektor maritim di Bursa Efek Indonesia langsung beterbangan harganya. Sebut saja Samudera Indonesia (SMDR) yang melonjak dari 2900-an di awal Januari 2014 ke 14.850 pada 1 Desember 2014. Namun, namanya juga euforia, pada akhirnya harga-harga mereka akan kembali turun, karena tidak dibarengi peningkatan kinerja fundamental.

Lalu, apakah sejatinya kita bisa berharap banyak pada sektor maritim ini di BEI? apalagi program kerja Tol Laut memang sepertinya sudah mulai dijalankan walau masih perlahan-lahan.

Berdasarkan data yang saya himpun dari blog sahamok.com, berikut adalah emiten-emiten yang berkaitan dengan sektor angkutan laut (tidak termasuk sektor perikanan karena saya membahasnya di sini):

  1. APOL (Arpeni Pratama Ocean Line)
  2. BBRM (Pelayaran Nasional Bina Buana Raya)
  3. BLTA (Berlian Laju Tanker)
  4. BULL (Buana Listya Tama)
  5. CANI (Capitol Nusantara Indonesia)
  6. KARW (ICTSI Jasa Prima)
  7. HITS (Humpuss Intermoda Transportasi)
  8. INDX (Tanah Laut)
  9. LEAD (Logindo Samuderamakmur)
  10. MBSS (Mitra Bahtera Segara Sejati)
  11. NELY (Pelayaran Nely Dwi Putri)
  12. SMDR (Samudera Indonesia)
  13. SOCI (Soechi Lines)
  14. TMAS (Temas Line)
  15. PTIS (Indo Straits)
  16. RIGS (Rigs Tender Indonesia)
  17. TRAM (Trada Maritime)
  18. TPMA (Trans Power Marine)
  19. WINS (Wintermar Offshore Marine)
Lumayan banyak ya? Oleh karena itu mari kita filter agar memudahkan analisis. Gampang filternya: Perusahaan harus mencetak laba di 2014. Hasil penyaringan:
  1. HITS
  2. INDX
  3. LEAD
  4. MBSS
  5. NELY
  6. SMDR
  7. SOCI
  8. TMAS
  9. TPMA
  10. WINS
Hmmmm.... bau-baunya udah ga enak nih. Hampir setengah dari 19 perusahaan diatas terdepak keluar karena mencatat kerugian.
Berikut data-data dasar dari 10 perusahaan yang berhasil mencetak laba di 2014 diatas:


kode laba liabilitas ekuitas asset
ROE ROA EAR
hits 20,363,213,000.00 IDR 1,499,517,331,000.00 IDR 245,974,664,000.00 IDR 1,745,491,995,000.00 IDR
8.28% 1.17% 14.09%
indx 47,765,359,825.00 IDR 5,987,112,356.00 IDR 177,185,740,573.00 IDR 183,172,852,929.00 IDR
26.96% 26.08% 96.73%
lead 259,744,537,000.00 IDR 1,712,491,989,000.00 IDR 1,694,599,933,000.00 IDR 3,407,091,922,000.00 IDR
15.33% 7.62% 49.74%
mbss 280,586,397,000.00 IDR 1,274,056,784,000.00 IDR 3,296,959,302,000.00 IDR 4,571,016,086,000.00 IDR
8.51% 6.14% 72.13%
nely 23,363,346,280.00 IDR 103,863,108,911.00 IDR 338,940,206,062.00 IDR 442,803,314,973.00 IDR
6.89% 5.28% 76.54%
smdr 253,486,662,000.00 IDR 4,304,625,806,000.00 IDR 3,799,784,001,000.00 IDR 8,104,409,807,000.00 IDR
6.67% 3.13% 46.89%
soci 432,141,450,000.00 IDR 2,624,467,599,000.00 IDR 3,091,314,772,000.00 IDR 5,715,782,371,000.00 IDR
13.98% 7.56% 54.08%
tmas 2,642,146,000.00 IDR 14,235,052,000.00 IDR 6,914,583,000.00 IDR 21,149,635,000.00 IDR
38.21% 12.49% 32.69%
tpma 156,032,240,000.00 IDR 955,478,745,000.00 IDR 813,895,693,000.00 IDR 1,769,374,438,000.00 IDR
19.17% 8.82% 46.00%
wins 395,691,829,000.00 IDR 3,092,532,820,000.00 IDR 3,424,163,340,000.00 IDR 6,516,696,160,000.00 IDR
11.56% 6.07% 52.54%

Dari data di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa HITS terbilang paling tidak profitable karena beban hutang yang tinggi dan ROE & ROA paling kecil diantara lainnya. Selain itu saham-saham di sektor ini juga punya masalah tentang konsistensi pendapatan. MBSS dan WINS turun labanya dari 2013. Nely bahkan mengalami penurunan sejak 2012. Sementara SMDR kinerjanya sangat fluktuatif dengan kerugian di tahun 2013. SOCI? Belum bisa dilihat track recordnya karena perusahaan baru IPO beberapa bulan yang lalu. Daaannnn.... yang paling tampak mentereng adalah? Tentu saja, INDX. Saya akan mencoba membahas emiten ini lain waktu.
Salah satu alasan berfluktuasinya sektor transportasi laut ini adalah jenis pelanggan yang menggunakan jasa mereka. Banyak perusahaan menggantungkan pendapatannya hanya pada satu atau beberapa perusahaan lain. Sehingga, jika ada perlambatan kinerja salah satu pelanggan, maka mereka juga terkena imbasnya. Tahun-tahun belakangan ini hampir semua komoditas unggulan mengalami penurunan harga yang signifikan. Sehingga perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasa emiten kelautan ini juga mengurangi volume produksi. Dampaknya ya... keuntungan mereka juga kena imbasnya.

Lalu bagaimana kedepannya? kan katanya ada tol laut?

Ini sih opini pribadi saya ya: Kalau program tol laut sudah mulai berjalan lancar (saat ini baru dirintis) pun tidak serta-merta semua emiten maritim menikmatinya. Ini karena prioritas pemerintah ada pada angkutan barang logistik dan penumpang. Kita lihat bahwa tidak ada satupun emiten yang pangsa pasar utamanya adalah angkutan penumpang. Sementara sebagian besar dari 10 emiten diatas adalah perusahaan dengan kapal-kapal pengangkut komoditas dan kapal tunda. Hanya ada 2 emiten yang bisnis utamanya berkaitan dengan barang logistik, yaitu SMDR dan TMAS. Jadi, kalau ditanya siapa yang seharusnya akan paling cepat diuntungkan atas program tol laut, jawabannya ya hanya 2 emiten tadi, itupun kalau mereka bisa memperbaiki kinerja fundamentalnya. Kalau nggak ya sama saja bohong.

Bukannya 8 emiten lain itu tidak akan mendapatkan manfaat dari Tol Laut, namun perlu waktu. Ini karena pengangkutan komoditas perlu infrastuktur pelabuhan yang memadai. Misalnya untuk angkutan minyak, kan nggak bisa kayak ngangkut kontainer yang tinggal dipindahin pake crane dari kapal ke truk seperti halnya yang dilakukan SMDR dan TMAS, melainkan perlu fasilitas penampungan minyak. Nah pembangunan infrastruktur yang pasti memakan waktu ini lah yang membuat 8 emiten diatas tidak bisa langsung menikmati program Tol Laut. Perlu waktu beberapa tahun lagi.

Btw bicara tentang Kapal pengangkut penumpang, saya juga berencana membahas tentang PELNI nanti setelah saya pulang dari Sorong sekitar 1 bulan lagi menggunakan salah satu kapal mereka. Meskipun bukan perusahaan terbuka, namun saya tertarik dengan perbaikan manajemen yang mereka lakukan semenjak ditangani oleh bapak Sulistyo Wimbo Hardjito. Sepertinya akan ada The Next PT. KAI nih. hehe :)

No comments:

Post a Comment