Monday, May 16, 2016

Sri Rejeki Isman (SRIL)

Fashion Village, Toko garmen milik Sritex di Sukoharjo
kurang lebih 1 atau 2 bulan yang lalu saya memutuskan untuk membeli saham perusahaan yang lokasi RUPS-nya dekat dengan kota domisili saya saat ini. Seperti yang kita tahu, mayoritas perusahaan di BEI mengadakan RUPS di Jakarta dan sekitarnya, bahkan meskipun pabrik atau tempat mereka beroperasi fisik ada di daerah. Satu dari sedikit perusahaan yang RUPS-nya tidak di Jabodetabek adalah PT. Sri Rejeki Isman Tbk(kode ticker SRIL), yang terkenal dengan merk dagang "Sritex".

SRIL saya pilih karena RUPS-nya ada di kota yang relatif dekat dari Jogja, yaitu Solo. Ada juga sih yang RUPS-nya di Semarang, misalnya SIDO tapi kan Semarang lebih jauh dari Solo (3 jam dari Jogja cuy, itu kalo ga macet). Nah sebelum datangin RUPS-nya besok tanggal 18 Mei, mari kita bongkar laporan tahunan dan keuangannya dulu.

SRIL adalah perusahaan yang dibangun dari nol. Awalnya pendiri perusahaan ini, Bapak Iwan Lukminto hanyalah pedagang Tekstil di Pasar Klewer Solo sejak tahun 1966. Terus dari keuntungan yang didapet dibikinlah pabrik tekstil. Tahun 1992 mulailah perkembangan Sritex semakin pesat, setelah dapat akses untuk menjual produk seragam militer buat ABRI. Puncaknya tahun 1994 Sritex jadi pemasok seragam militer untuk negara-negara NATO.

Sampai saat ini, Sritex memang dikenal sebagai salah satu produsen seragam militer terkemuka dunia. dari negara kecil kayak Maladewa & Timor Leste sampe negara-negara maju selevel Jerman, mereka semua mempercayakan produk seragam militernya pada Sritex. Selain seragam militer, Sritex juga memproduksi pakaian khusus lainnya, misalnya seragam Hazmat.

Alasan Sritex menggarap segmen pakaian seragam ini, tentu saja karena margin keuntungannya lebih tinggi daripada pakaian sehari-hari. Hal ini dimungkinkan karena pesaingnya lebih sedikit dengan jumlah pesanan yang umumnya besar. Kalau pakaian umum, biasanya harus saingan sama China dan Vietnam.

Sritex adalah satu dari segelintir perusahan garmen yang selamat dari krisis 98 dan 2008, bahkan kini jadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara bersama pesaingnya yang juga dari Indonesia, PT. Kahatex (bukan perusahaan publik).

Selain karena fokus pada segmen seragam militer, kekuatan Sritex lainnya ada pada penguasahaan bisnis yang terpadu dari hulu sampai hilir. Mulai dari lini pemintalan (pembuatan benang sebagai bahan dasar), penenunan (pengolahan benang menjadi kain), finishing (pewarnaan dan penyelesaian produk kain) hingga garmen (pengolahan kain menjadi pakaian jadi).

Bagaimana dengan keuangannya?


Perusahaan ini punya aset 783.5 juta USD. sangat besar. Sayangnya, 65% dari asset masih berupa liabilitas/utang. Ekuitasnya hanya 276.7 juta USD.

Untuk return on Equity-nya udah lumayan, 20%. Artinya perusahaan butuh 5 Tahun (100/20) untuk mengembalikan modal bersih. Sementara untuk Return on Asset masih terlalu kecil, hanya 7%.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, perusahaan ini berorientasi export. Artinya rawan terhadap penguatan Rupiah (jadi jika rupiah menguat, akan jadi kabar buruk bagi perusahaan ini). Misalnya saja tahun lalu ketika rupiah anjlok, saham SRIL malah melonjak dari 120-an di bulan oktober 2014 hingga 470 di akhir Juli 2015 (naik empat ratus persen!) sebelum akhirnya turun lagi ke angka 254 sekarang setelah pergerakan rupiah kembali stabil.

However, kalau anda rajin baca-baca berita, SRIL sampai saat ini masih melakukan ekspansi. Jadi mungkin utang yang besar tadi juga tujuannya memang buat bikin pabrik baru. Termasuk juga alasan SRIL untuk IPO di tahun 2013, kemungkinan besar untuk alasan yang sama: Ekspansi.

Pada harga 254 per saham, maka PER-nya 6.15 kali. Murah sekali. Begitu juga dengan PBV-nya yang hanya 1.24 kali.

Secara keseluruhan, SRIL terbilang menarik. Valuasi sudah murah. Namun perlu diwaspadai liabilitas/utangnya sangaat besar, meskipun sebagian besar berupa utang jangka panjang. Merk yang sudah terkenal dan pasar yang masih terbuka untuk segmen seragam militer juga jadi nilai tambah tersendiri. However, penulis memutuskan untuk tidak berinvestasi di perusahaan ini. Pertama, karena perusahaan baru IPO pada 2013 lalu, belum banyak track recordnya di pasar modal. Kedua, karena menunggu perkembangan ekspansi perusahaan. Pengen lihat duit segede itu dikemanain aja.

Alasan penulis membeli sahamnya lebih karena ingin ikut RUPS yang akan diselenggarakan 18 mei nanti. Silahkan tunggu liputannya.

No comments:

Post a Comment